Minggu, 19 April 2009

Ramah Lingkungan dari Hulu Hingga Hilir - AutoCar


Toyota terus mengembangkan aktivitas ramah lingkungan. Aplikasinya dimulai dari pabrik dan lingkungannya, hingga berputarnya roda mobil produksi mereka di jalan-jalan.

Persoalan lingkungan hidup saat ini hadir darisemakin tingginya output karbon yang dihasilkan oleh hampir seluruh sektor industri mulai dari hulu hingga hilir. Kendaraan, scbagai salah satu bagian penting roda kehidupan pun menjadi salah satu penyumbang terbesar tercemarnya udara, bahkan bisa dibilang sebagai salah satu perusak lingkungan utama. Mulai dari produksi, distribusi, operasi hingga usai masa pakainya, mobil menghasilkan kontribusi terhadap kerusakan lingkungan.

Saat ini diperkirakan kepemilikan mobil di dunia mencapai 900 juta unit. Asosiasi Industri Otomotif Jepang (JAMA) bahkan memperkirakan tahun 2010, kepemilikan mobil di dunia akan mencapai satu miliar unit dan menjadi 1,5 miliar unit di 2020. Tentunya, dampak lingkungan yang terjadi akibat produksi hingga pemakaian mobil sebanyak ini akan semakin buruk terhadap lingkungan.

Toyoota, sebagai salah satu produsen otomotif terbesar di dunia pun bergerak cepat untuk tidak menjadi yang terbesar pula dalam menyumbang kerusakan lingkungan. Dalam acara Toyota Environmental Forum (TEF) 2008 di Tokyo bulan Juni lalu, mereka pun menyosialisasikan beberapa tindakan aktif untuk memberikan kontribusi positif terhadap masa depan dunia yang lebih baik dengan merealisasikan lingkungan masyarakat rendah karbon (low carbon society).

"Sejak berdiri, Toyota telah menjalankan bisnisnya berdasarkan prinsip untuk berkontribusi pada pengembangan masyarakat sejahtera melalui manufaktur otomotif," ujar Presiden Toyota Motor Corporation (TMC), Katsuaki Watanabe. "Toyota mencari jalan mengombinasikan tenaga manusia dan teknologi untuk membantu mewujudkan masyarakat yang dapat menjaga keseimbangan antara aktivitas perusahaan dan pemeliharaan lingkungan," tambahnya. Untuk itu, Toyota merencanakan tiga aktivitas dengan fokus pada penelitian dan pengembangan, proses produksi, dan kontribusi sosial. Singkatnya, ramah lingkungan dari hulu sampai hilir.

PROSES PRODUKSI
Dimulai dari pabriknya, TMC sudah mengindikasikan proses produksi yang ramah lingkungan. Semua aktivitas di pabrik Toyota menunjukkan tanggung jawab besar terhadap lingkungannya di semua aspek produksi dan distribusi. Pengembangan teknologi pengurangan emisi CO2 misalnya, pada pabrik Tsutsumi di Nagoya, TMC sukses mengurangi emisi CO2 hingga 51% dibandingkan tahun 1990. Pengurangan CO2 yang dicapai hingga 740 ton/tahun itu setara dengan penghematan 1.500 barrel minyak mentah. Hal tersebut antara lain didapat berkat penggunaan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak pada sistem pembangkit turbin gas yang mereka miliki dengan pengalihan penggunaan bahan bakar gas petroleum cair (LPG) menjadi gas alam cair (LNG).

Penggunaan energi terbarukan juga menjadi salah satu aktivitas ramah lingkungan TMC untuk menghasilkan mobil yang juga ramah lingkungan. Masih di Tsutsumi, di pabrik yang memproduksi mobil hybrid Toyota Prius ini, terdapat barisan 12.000 panel surya di atap pabrik untuk memasok sistem pembangkit foto-voltaik yang mampu menghasilkan output listrik hingga 2.000 kW untuk proses produksi mereka. Sumber energi tersebut, dapat memasok sumber listrik hingga 5% dari kebutuhan listrik total pabrik Tsutsumi.

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Isu soal energi dan lingkungan yang berhubungan erat dengan produk otomotif adalah soal ketergantungan pada bahan bakar minyak dan munculnya emisi CO2. Pengembangan teknologi otomotif yang dilakukan Toyota menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir (1997-2007), nilai efisiensi bahan bakar rata-rata dari mobil Toyota yang dijual di Jepang meningkat sekitar 28%. Toyota pun terus melakukan pengembangan dengan memperkenalkan mesin dan transmisi baru dengan efisiensi lebih baik lagi.

Peningkatan efisiensi bahan bakar ini dapat diwujudkan antara lain berkat kemampuan mesin-mesin Toyota mengonsumsi bahan bakar alternatif (Flexible Fuel Vehicle). Sejak 2006, semua mobil yang diproduksi Toyota sanggup menenggak bahan bakar E10 (10% ethanol), bahkan di bulan Mei 2007, Toyota memperkenalkan Toyota Corolla di Brasil yang mampu menenggak bahan bakar ethanol 100% (E100).

Hal lain yang menjadi fokus utama Toyota saat ini adalah penggunaan teknologi hybrid pada mobil produksi mereka. Tak hanya soal efisiensi bahan bakar, teknologi hybrid yang memadukan penggunaan mesin bensin/diesel yang efisien dengan motor listrik menawarkan emisi gas buang lebih rendah. Toyota saat ini terus melakukan peningkatan penggunaan teknologi hybrid dengan menawarkan lebih banyak varian hybrid di antara model mobil produksinya. Hingga tahun 2008, total penjualan model hybrid Toyota telah mencapai 1,5 juta unit di seluruh dunia, di mana hal itu sama dengan keberhasilan mengurangi tujuh juta ton emisi CO2 dan memangkas konsumsi bahan bakar minyak hingga 2,7 juta kiloliter.

Penggunaan teknologi hybrid pun terus dikembangkan oleh Toyota. Teknologi hybrid kini dikembangkan dengan meningkatkan kemampuan motor listriknya (Plug-in Hybrid Vehicle/ Electric Vehicle) dan mengombinasikannya dengan bahan bakar alternatif, seperti hidrogen (Fuel Cell Hybrid Vehicle). Toyota bahkan menargetkan dapat memasarkan mobil berteknologi plug-in hybrid ini pada tahun 2010. "Dan pada tahun 2020 akan ada varian hybrid dari semua model Toyota yang dijual," tegas Watanabe.

BATERAI
Lebih jauh lagi, untuk mendukung teknologi plug-in hybrid (PHV) dan mobil listrik (EV) mereka, TMC lebih serius untuk mengembangkan baterai sebagai unit utama pemasok energi. Bisa dibi-lang baterai merupakan kunci dari perkembangan teknologi plug-in hybrid dan kendaraan listrik Toyota di masa yang akan datang. Untuk menghadapi itu, sejak Juni 2008, TMC membentuk departemen yang secara khusus mengembangkan baterai yang jauh lebih baik dari teknologi baterai lithium-ion masa kini.

"Di saat kami dapat mengembangkan baterai yang mengalahkan performa baterai lithium-ion (di masa akan datang), kami akan memperkenalkan mobil bertenaga listrik di semua model kami," ujar Masatami TaMmoto, Executive Vice President TMC. Baterai ini pula yang akan menjadi kunci bagi kelangsungan PHV di masa yang akan datang. Watanabe optimis Prius berteknologi plug-in bahkan sudah mulai dipasarkan pada tahun 2010, paling tidak di pasar domestik Jepang.

MASA DEPAN HYBRID Dl INDONESIA

PERKEMBANGAN teknologi hybrid juga berada di ambang pintu Indonesia. Pernyataan President TMC, Katsuaki Watanabe, bahwa pada tahun 2020 semua model Toyota akan mendapatkan teknologi hybrid menjadi salah satu kunci. Hal ini menjadi tak tertutup kemungkinan varian Toyota Kijang Innova bahkan Toyota Avanza juga akan mencicipi teknologi 'hijau' ini dalam dua dekade mendatang. Apalagi General Manager Planning Dept. Asia-Oceania-Middle East TMC, Shuji Eguchi sempat mengungkapkan, "Hal tersebut mungkin saja," usai berlangsungnyaTEF 2008 di Jepang. Indikasi lain adalah mulai diproduksinya Toyota Camry Hybrid di Thailand. Seperti kita tahu, hampir sebagian besar produk global Toyota yang nadir di Indonesia datang dari pabrikdi Thailand.

Meski begitu, Senior Managing Director TMC Dato Akira Okabe justru melihat Indonesia belum menjadi pasar potensial bagi produk hybrid. "Harga mobil hybrid yang tinggi dan karakteristik pembeli mobil yang berbeda," menjadi alasan Okabesan. Menurutnya, saat ini yang lebih dibutuhkan masyarakat di Asia adalah mobil kecilyangefisien.

Sedangkan menurut Joko Trisanyoto, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, selain karena tingginya harga mobil hybrid, skema insentif pemerintah bagi industri di Indonesia juga belum menguntungkan bagi mobil berteknologi hybrid. "Padahal insentif bisa turut menekan harga jual mobil (berteknologi) hybrid," ujarnya. Meski begitu, PT TAM tetap memasarkan Toyota Prius hybrid bagi mereka yang menginginkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar